Selain indikasi penyakit, pemilihan kortikosteroid topical perlu memperhatikan jenis steroid, basis, lokalisasi, umur penderita dan pemilihan sediaan kombinasi atau murni.
Menurut potensinya kortikosteroid topical dapat digolongkan menjadi 4 jenis, yaitu Golongan I (Potensi Lemah), Golongan II (Potensi sedang), Golongan III (potensi kuat) dan Golongan IV (Potensi sangat kuat). Potensi tersebut didasarkan atas sifat anti-inflamasi dan sifat antimitosisnya (Sneddon). Kortikosteroid golongan I pada umumnya mempunyai sifat anti-inflamasi saja, sedangkan golongan IV mempunyai baik sifat anti-inflamasi maupun antimitosis yang sangat kuat. Golongan II dan III berada di antaranya.
Perbedaan Sifat Berbagai Golongan Steroid Topikal
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Golongan Potensial Anti-inflamasi: Antihistamin:
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
I Lemah + -
II Sedang ++ +
III Kuat +++ +
IV Sangat Kuat ++++ -
Kortikosteroid topical tersedia dalam berbagai basis, seperti salep, krim, losio, jeli, aerosol, dan tingtura. Untuk pemilhan basis perlu dipertimbangkan factor akseptabilitas penderita, kosmetika serta harus di ingat prinsip prinsip dasar pemakaian obat topical.
Untuk Lesi lesi yang akut dan membasah sebaiknya digunakan bentuk losio atau krim, sedang untuk lesi lesi kronik, kering dan likenifikasi paling baik kalau dipakai bentuk salep lebih poten dibantingkan dengan krim atau losio, tetapi basis basis modern telah begitu canggih sehingga hal ini tdak selalu demikian.
Pada beberapa sediaan telah ditambahkan bahan bahan untuk meningkatkan penetrasinya sehingga kerjanya berubah, seperti propilen glikol, paraben atau lanolin, tetapi kadang-kadang bahan bahan tambahan ini justru menyebabkan terjadinya dermatitis kontak alergi. Bhan tambahan seperti etilen-diamin kebanyakan di dapati pada sediaan dengan basis krim, segingga apabila erjadi reaksi alergi dapat dicoba diberikan sediaan dengan basis salep. Dan harap diperhatikan bahwa basis yang mengandung propilenglikol, alcohol seperti gel atau mengandung urea dapat menimbulkan rasa nyeri pada lesi terbuka.
Perlu diingat pengenceran atau pencampuran sediaan paten kortikosteroid dengan bahan bahan seperti asam salisilat, likuor karbonis detergen dapat menyebabkan hilangnya stabilitas dan pecahnya basis, serta mengubah bahan aktif menjadi ester yang kurang aktif. Juga Penambahan bahan bahan lain dapat menimbukan kontaminasi dengan miroorganisme. Seandainya pengenceran sediaan kortikosteroid tersebut sudah dilakukan dengan basis yang tepat, misalnya 1:1, kekuatan steroid hasil pengenceran tidaklah selalu menjadi separuhnya (Balf Strength)(Hodge).
Lokalisasi lesi juga menentukan pemilihan kortikosteroid topical. Untuk lesi-lesi di muka, genital dan aksila, oleh karena penetrasi obat di daerah tersebut cukup tinggi hendaknya dipergunakan kortikosteroid golongan lemah. Sebaliknya pada lesi lesi di daerah palmoplantar dan ekstensor perlu dipilih kortikosteroid yan cukup kuat. Demikian pula untuk lesi sekitar mata sebaiknya dipergunakan kortikosteroid lemah mengingat kemungkinan dapat masuk ke konjungtiva dengan akibat absorbs berlebihan yang dapat menimbulkan katarak dan glaucoma.
Pada bayi dan anak anak, khususnya dengan ekzem atopic yang memerlukan pengobatan lama, sebainya juga dipergunakan steroid golongan lemah, demikian pula pada kulit orang tua.
Beberapa sediaan kortikosteroid dikombinasikan dengan berbagai antimikroba seperti nistatin, neomisin, iodoklorhidroksi kinolin atau klokinol. Pemakaian sediaan kombinasi ini dapat dipakai pada kondisi tertentu seperti bayi atau anak dengan ekzem infantile karena kemungkinan infeksi sekunder sangat sering disertai dengan infeksi kandida. Hanya perlu diperhatikan bahwa pengobatan sekali tembak ini yang tampaknya praktis akan menyebabkan keengganan mencari diagnosis setepat tepatnya, memacu timbulnya mikroorganisme yang resisten dan memungkinkan timbulnya sensitisasi oleh bahan anti-infeksi tersebut (Ricciati & Lester).
0 comments:
Post a Comment