Sejak diperkenalkan 20 tahun yang lalu, pada saat ini pemakaian kortikosteroid intralesi sudah merupakan cara yang rutin dalam dermatologi. Keuntungan dari cara ini ialah bahwa bahan aktif langsung berada oada lesi.
Indikasi
Indikasi dari pengobatan injeksi intralesi adalah keloid, sikatriks hipertrofikans, liken planum verukosus, alopesia areata, akne kistika dan prurigonodularis.
Cara Pemberian dan sediaan
Sediaan kortikosteroid intralesi di Indonesia hanya ada satu yaitu triamsinolon asetonid (Kenacort –A ID) yang mengandung 40 mg/ml dan 10 mg/ml berbentuk suspense. Biasanya injeksi dilakukan secara intradermal dengan semprit/suntikan 1ml dan jarum no 22 sampai 25. Pengenceran dapat dilakukan dengan lidokain atau larutan garam fisiologis steril.
Untuk keloid, setiap 1 cm persegi disuntikan 0,1 ml suspense 10 mg/ml, sedangkan tiap nodul diperlukan sekitar 0,05 ml. PEnyuntikan dilakukan tiap 2 minggu. Teknik penyuntikan pada nodul larutan disuntikan kedalam nodul. Sedangkan untuk kista maka larutan disuntikan ke dasar kista, suntikan ke dalam rongga kista tidak memberikan hasil yang diharapkan (reeves & Howard). Pada alopesia areata suntikan diarahkan ke batas dermis subkutis.
Efek samping
Sebagaimana kortikosteroid topial atau sistemik, maka pemberian intralesi dapat menyebabkan efek samping sistemik berupa reaksi Hoigne.
0 comments:
Post a Comment